Subscribe Twitter Facebook

Sabtu, 26 Juni 2010

Menggelolah Keragaman Sebagai Modal Sosial Pembangunan

Menggelolah Keragaman Sebagai Modal Sosial Pembangunan

sumpah pemuda

kami puta putri Indonesia mengaku bertumpah dara satu tanah Indonesia.

kami putra puri Indonesia mengaku berbangsa satu bangsa Indonesia.

kami putra putrid Indonesia menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia.

        Sumpah pemuda yang diplopori oleh Muhammad Yamin (Jong Sumateranen Bond), Amir Sjarifuddin (Jong Batak Bond) Johanes leimena (Jong Ambon), Rohjani Suud Betawi memperlihatkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Sumpah Pemuda menjadi senjata ampuh untuk merebut kemerdekaan dari tangan penjajah. Dengan semangat sumpah pemuda, kesadaran persatuan dan persatuan pemuda dan pemudi Indonesia semakin kuat, sebab mereka tidak berjuang sendiri. Oleh sebab itu, tidak salah bila Sumpah Pemuda menjadi bagian sejarah kemerdekaan Indonesia dan gambaran persatuan dan kesatuan bangsa Indosesia

        Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia juga dapat dilihat dari hasil konfrensi yang dihadiri oleh seluruh tokoh dan pembesar agama dan dunia yang diadakan dikota Vatikan Roma pada tahun 1979. dalam konfrensi tersebut terungkap Indonesia merupakan Negara percontohan toleransi abtar umat beragama. bahkan Paus Paulus II mengatakan Indonesia meski terdiri dari berbagai suku, bangsa, budaya, agama, adat istiadat, hidup dalam kerukunan dan kerahmatan.

        Pada Era 70-an Indonesia dikenal dengan nama seribu pulau yang memiliki beranekaragam budaya bahasa, agama, dan adat istiadat. semua perbedaan itu bisa disatukan dengan satu semboyan bhineka tunggal ika.

        Kekaguman dunia kini tinggal kenangan. perbedaan suku bangsa, agama, suku, data istidat kini menjadi fanatisme buta, persaingan tidak sehat, perselisihan bahkan perpecahan. kesedihan terus bertambah ketika kerusuhan demi kerusuhan terus terjadi bagai jamur dimusim hujan. Sampit, Ambon, Poso, tidak pernah berhenti dari perperangan sara', bahkan agama. Kebanggan dunia kini hanya tinggal kenangan. menjadi anak cucu kita dibuku sejarah.

        Dalam perjalanan selanjutnya, seiring dengan era reformasi timbullah detik-detik kebebasan bagi masyarakat Indonesia untuk mmenyampaikan aspirasinya. pada saat ini muncullah organisasi politik, kemasyarakatan, kepemudaan, tentunya dengan berbagai kepentingan.

        Fenomena ini disatu sisi penting, sebab masyarakat sudah mulai menyadari pentingnya berpartisipasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. akan tetapi, di sisi lain kebebasan berkreasi tidak selamanya menimbulkan akses positif bagi timbulnya dinamika yang menghargai pluralisme. tidak sedikit aksi menyampaikan pendapat justru membuat kelompok yang berbeda menjadi terancam. dengan adanya pembangunan yang berlebihan terhadap superioritas kelompok tertentu terhadap kelompok lain, yang mana perbedaan pandangan menjadi saling berkrofontasi, maka reaksi agama, etnik, suku mengalami kehancuran.

b. Keragaman Dalam Pandangan Islam

        Keragaman adalah warna kehidupan.   Tidak bisa kita banyangkan, bila seluruh manusia memiliki warna kulit yang sama, memiliki bentuk wajah dan perasaan yang sama, serta bahasa yang sama. kita tidak pernah bisa membedakan anatara orang Sumatra dengan Papua bila manusia berkulit sama. pelangi tidak akan dikatakan pelangi bila hanya memiliki satu warna. sebuah gambar tidak akan pernah indah bila hanya dihiasi satu warna.

        Keragaman merupakan suatu keniscayaan yang tidak dapat dipungkiri. Bisa kita bayangkan jika setiap orang memiliki warna kulit  yang sama, maka kebosanan mata memandang, jika semua  orang memiliki wajah sama, maka kesalahpahaman yang akan ada. Setiap orang memiliki krakter, watak dan sikap yang sama , maka perjalanan hidup ini tidak menggalir ibarat air.Pada hakikatnya keragaman adalah keindahan dan keunikan yang telah menjadi skenario Allah.

 

2.  Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

        Qurish Shihab mengungkapkan “Khalaqal Insana Min Alaq” bukan saj diartikan sebagai menciptkan manusia dari segumpal darah atau sesuatu yang menempel di dinding rahim, tetapi juga diartikan dalam keadan bergantung kepada pihak lain atau tidak dapat hidup sendiri. (Qurais Shihab, 2006:320) atau dapat dirtikan manusia sebagai makhluk zon politicon ( tidak bisa hidup sendiri)

Hal ini disinyalirkan dengan firman Allah Swt dalam surat Al-Zukhruf:43

32.  Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? kami Telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan kami Telah meninggikan sebahagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.

 

        Ayat di atas menggambarkan bahwa segala perbedaan bertujuan agar mereka saling memanfaatkan (sebagian mereka dapat memperoleh manfaat dari sebagian yang lain). Sehingga dengan demikian semua saling membutuhkan dan cenderung berhubungan dengan yang lain.

        Secara Sosiologi pun membuktikan bahwa, Manusia tidak akan mampu hidup sendiri tsnpa adanya hubungan terhadap sesamanya. Secara Pisikologi pun menyatakan,perkembangan hidup manusia tidak akan berjalan dengan stabil jika tidak ada intraksi antara sesamnya dan juga lingkungan.

        Bercermin pada hal di atas, tidak adanya perbedaan atas segala penciptaan Allah. Baik laki-laki maupun perempuan , berasal dari Negara mana pun, dan menganut suku apa pun tetap  bereada dalam satu wadah persatuan. Karena ada hikmat dibalik segala kehendakNYA. Allah Swt berfirman:

13.  Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

       

        Asbabun nuzul surat al-Hujarat ayat 13 ini di dalam kitab Lubab an-Nuqul fi Asbabun Nuzul dikisahkan berkenaan dengan keinginan rasulullah untuk menikahkan budaknya abi hindin dangan salah seorang putrid dari keturunan bani bayadah, namun bani bayadah dengan sinisnya menjawab, “yarasullulah pantaskah bila kami menikahkan putra putrid kami yang cantik dengan budak kami yang hitam legam maka turunlah aya ini.

        Dari sini sangat jelas Islam sama sekali tidak pernah melihat mansia dari warna kulit suku bangasa dan bahasa. Sebagai mana hadis rasulullah.

“sesungguhnya allah tidak melihat badan kaliam, dan tidak melihat pakaian kalian akan tetapi melihat hati kalian.”

        Al-Alusi dalam tafsirnya mengartikan kalimat ina holaknakum min jakarin wal unsa  (min adam wa hawa alaihis salam) sedangkan Ibnu Kasir menafsirkan ayat ini sesungguhnya seluruh manusia di ciptakan dari satu nafsi, kemudian diciptakan istrinya dialah adam dan hawa. Kemudian kamu dijadikan berklompok-kelompok dan bersuku-suku

        Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, kata Ta’arafu diambil dari kata ‘Arafa yang berarti mengenal. Patron kata yang digunakan ayat ini mengandung makna timbal balik, dengan demikian berarti saling-mengenal. Penggalan ayat ini mengisyaratkan bahwa, semakin kuat pengenal suatu pihak kepada selainnya, semakin terbuka untuk saling-mengenal. Bertujuan untuk saling menarik pelajaran dan pengalaman, guna untuk bertaqwa kepada Allah, yang dampaknya tercermin pada kedamaian dan kesejahteraan hidup duniaw serta kebahagian ukhrawi.(Quraish Shihab, 2006: 262)

        Pada hakikatnya, keragaman merupak  keunikan sebagai wahana setiap individu untuk saling melengkapi dan membangun Intelegensi Sosial. Bisa kita bayangkan, hidup dengan keterbatasan tanpa ada penompang dan pengayom  akan tersa hampa. Begitu pun dalam membangun ideology dan intelegensi masyarakat. Akan menjadi berkembang jika adanya saling  berbagi dan peduli.Dengan saling-mengenala dan melengkapi antara sesamnya akan melahirkan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi setra menciptakan kesejahteraan lahir dan batin, di dunia dan akhirat. (Qurish Shihab,2002:262) (Keragaman merupakan gawang bagi setiap individu dan masyarakat dalam menggali dan mengaprisiasikan potensi dirinya. Disamping itu, kita tidak berda dalam satu pemikiran dan kemampuan, hal itulah yang akan menjadi asas dan landasa dalam meraih kemajuan

        Surat al-hujarat ayat 13 ini semakin memperjelas bahwasannya manusia diciptakan dari satu keturunan yaitu adam. Yang kemudian darinya diciptakan hawa dilahirkan dari keduanya keturunan yang banyak. Apakah pantas bila kita berselisih bila kita berasal dari satu keturunan, pantaskan kita adu kekuatan bila kita berasal dari satu agama yang sama, apa yang harus kita pertengkarkan perselisihkan. Sadarkah kita bila kita berasal dari satu agama dan satu keturuan.

        Keragaman bukan saja dapat membangun intelegensi sosial. Namun mamapu menjadi pemantap dalam menjalin persaudaraan. Hal inilah yang diungkapkan oleh Qurish Shihab dalam bukunya Wawasan Al-Qur’an. Allah Swt berfirman dalam surat Al-Maidah 48:

48.  Dan kami Telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian[421] terhadap kitab-kitab yang lain itu; Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang Telah datang kepadamu. untuk tiap-tiap umat diantara kamu[422], kami berikan aturan dan jalan yang terang. sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, Maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang Telah kamu perselisihkan itu,

            Menurut Quraish Shihab dalam Tafsirnya Al-Misbah, maksud  kata “Walau SyaAllah Wajaalnakum Umatan Wahidah.” Jika Allah menghendaki satu uamt saja, yaitu dengan menyatukan naluriah pendapat kamu serta tidak mengganugerahkan kamu kemampuan memilih, tetapi Dia Allah tidak menghendaki itu. Karena Dia hendak menguji kamu, bagaimana kamu saling berbagi dan membutuhkan, baik menyangkut syariat maupun potensi.

            Menurut Al-Lusi “Umatan Wahidah” pada ayat di atas memilki makna: semua kelompok atau semua orang seluruh penjuru dunia berda dalam satu agama, tidak adanya perbedaan dan perpecahan, begitu pun dengan urusan agama

            Perbedaan sebagai pemantap dalam membangun persaudaraan merupakan hukum yang berlaku dalam kehidupan ini. Seandainya Allah menghendaki kesatuan pendapat, niscaya diciptakan-NYA manusia tanpa akal budi sama halnya seperti binatang atau benda-benda yang tidak bernyawa dan tidak mampu dalam memilih dan memilah . Karena hanya dengan demikian semuanya menjadi satu pendapat. Selanjutnya, Allah  Swt berfirman:

99.  Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya ?

            Ibnu Katsir dalam tafsirnya Tafsir Ibnu Katsir memknai kata “Wa makana Linafsin annu minu ila biiznillah”. Wahai Muhammad bila Allah menghendaki selruh penduduk di mika bumi ini beriman kepada Allah. Pastilah Allah mampu .Namun Allah memiliki hikmah dibalik ini semua.

            Islam sebagai Agama Rahmatan Lil Alamin, begitu peduli terhadap persataun umat di seluruh penjuru dunia. Walau sifat keegoisan manusia menjadikan keragaman dan perbedaan adalah penghambat persatuan. Dalam hal ini Islam memberikan konsep dalam menggelola keragaman

 

 

keseragaman adalah sebuah keniscayaan yang tidak bisa ditolak, memghindari apalagi dijauhi. sebab, keragaman adalah sunantulah sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Maidah: 48

 

 

 

        Ibnu Abbas dalam tafsirnya memaknai dengan makna ……..(menjadikan kamu atas satu serikat) tidak jauh berbeda jauh dengan tafsir ibnu Abbas ibnu Katsir kata……………………………….dengan makna (semuaa manusia berdiri atas satu agama dan satu syariat dan Allah jadikan setiap rasul Allah syariatnya masing-masing kemudian menghapusnya atau menjadikan sebagaian syariat untuk nabi selanjutnya. kemudian dihapus seluruhnya dan dijadikan nabi Muhammad sebagai penutup dan penyempurna para nabi).

dari kedua tafsir ini dapat dipahami bahwa sesungguhya berasal dari satu syariat. bila Allah menghendaki pasti Allah satu agama, satu bahasa, dan satu adat istiadat. akan tetapi, Allah menjadikannya berbeda-beda, agar kita saling berlomba-loma dalam kebaikan. sebagaimana firman Allah dalam.:::::::::::::::::::::::

selain manusia diciptakan atas satu manusia di muka bumi ini di ciptakan dari satu keturunan yaitu adam dan hawa. Sebagai mana firman allah dalam surat alhujarat ayat 13

Konsep islam dalam menglola keragaman.

Keragam sebagai sunatullah yang tidak pernah bisa kita tolak. Keragaman akan menjadi sebuah pertikaan perperangan bahkan mungkin akan mengakibatkan pertumpahan dara bial tidak di kelola dengan baik. Akan tetapi sebaliknya keragaman akan menjadi sebuah rahmat bahkan akan menjadi kekuatan  yang besar bila dapat dikelola dengan baik. Al-quran sebagai kitab rahmatan lil alamin memberikan konsep dalam menyatukan keragaman, sehingga terjalin kehidupan yang harmonis. Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Beberapa konsep alquran dalam menyatukan keragaman.

1.  Ukhuwah islamiyah.

Allah Swt berfirman dalam surat Al-Hujrat ayat 10

10.  Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat.

           

        Menerik untuk ditanyakan mengapa alquran menggunakan kata ikwah dalam arti persaudaraan seketurunan ketiak berbicara sesama muslim atau dengan kata lain, mengapa al-quran tidak menggunakan kat aikwan padahal kata ini berarti persaudaraaan yang bukan sau keturunan. Bukankah lebih tepat menggunakan kata ikhwan bila melihat kenyataan bahwa saudara-seiman terdiri dari banyak suku, bangsa yang tentunya bukan dari satu keturunan.

        Quraisshiab dalam tafsirnya almisbah menjelaskan, kata ikhwah bertujuan untuk mempertegasa dan mempererat jalinan hubungan sesaman muslim, seakan-akan hubungan tersesebut bukan hanya dijalani atas keimanan ( yang pada ayat ini digambarkan dengan mukmin) melainkan juga seakan-akan dijalin oleh persaudaraan seketurunan. ( ditunujuk dengan kata ikhwan) sehingga merupakan kewajiban  ganda bagi orang beriman. Agar selalu menjalin persaudaraan.

        Menurut Ibnu Katsir dalam tafsirnya kata “Innamal Mukminuna Ikwah”. Memiliki makna semua umat Islam bersaudara dalam satu agama. Sebagaimana Rasulullah Saw bersabda:

“Perumpamaan orang-orang mukmin di dalam saling cinta-mencintainya, sayang-menyayangi, dan kasih-mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila salah satu anggotanya terserang sakit, maka seluruh anggota turut merasakan sakit. (HR. Muslim dan Ahmad)

            Kata Ukwah pada ayat di atas memiliki subtansi yang mengarah kepada dua hal: saudara semakhluk dan setunduk kepada Allah.Artinya manusia bersal dari satu Penciptaan dan memiliki fungsi yang sama kepda Sang Maha Pencipta (Quraish Shihab,2006:491). Sebagaiman Allah Swt berfirman dalam surat Al-Dzariyat ayat 56:

56.  Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.

            Dapat kita pahami  bahwa persaudaraan berlandaskan agama dengan satu ketundukan kepada Allah. Dengan hal ini, masih kah kita menggap bahwa kita berbeda hanya dengan perbedaan kelompok.Padah jelas dikatakn, persaudaraan Islam berasaskan kepada Agama Islam dan Allah. Jadi, untuk apa kita masih memperselisihkan segala keragaman pendapat dan tata cara ibadah. Justru hal ini menjadi pemicu perpecahan.

        2. Ukhuwah Wataniyah

        Al-Qur’an mengajarkan untuk mencari tititk temu antara umat beragama, sehingga terjalin hubungan yang berlandaskan kasih sayang, cinta-mencintai dan saling menghargai. Bukan sebaliknya perbedaan dijadikan saling menghina, menjatuhkan, menyakiti bahkan saling membenci. Allah berfirman dalam surat Al-Imran ayat 63

64.  Katakanlah: "Hai ahli kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah". jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".

 

        Selain itu, jalinan persaudaraan dalam hubungan bermasyarakat antara muslim dan non muslim sama sekali tidak dilarang dalam Islam, selam tidak berkaitan dengan masalah akidah. Sebaba manusia tidak akan pernah bisa hidup sendiri.

        Dari ayat diatas kita bisa melihat islam sama sekali tidak pernah mengajarkan umatnya untuk saling membedakan antara satu dengan yang lain. Dalam masalah bermuamalah sehingga islam sama sekali tidak melarang umatnya untuk berbuat baik dengan orang yang berbada agama.

        Keragaman dan perbedaan adalah wahana dalam mencapai kesejahteraan umat.Dengan segala hal ini, apa yang akan terbentuk ??.Tentunya untuk membentuk masyarakat Ideal. Masyarakat ideal yang diciptakan oleh Islam diibaratkan ole Al-Qur’an dengan sebutan “Baldatun Thayibun Warabbun Ghofur”.Dalam mencapai hal ini akan terbentuk dengan dua pola:

1.     Umat yang satu

        Manusia diciptakan Allah terdiri dari berbagai suku. warna kulit.agama dan  adat istiadat. Tidak menjadi penghalang antara satu dan yang lainnya untuk hidup berdampingan . Dengan demikian tumbuh rasa toleransi dalam sosial kemasyarkatan, walau berbeda agama.(Kaelany,2000:164)

2.     Umat yang Takwa

        Ketakwaan sebagai ciri pokok masyarakat Islam yang mempunyai tiga fondasi, yaitu:  Beriman kepada Allah, Cinta pada Allah, Taat pada Allah. Beriman menurut rumusan Islam berarti tidak satu pun yang disemabah kecuali Allah. Hal inilah yang menjadikan kerendahan hati, keberanian moral, dan optimime pada kehidupan di semua dimensi sosial dalam mencapai perastuan umat dan membentuk masyarakat madani.Tanpa memandang perbedaan.(Kaelany,2000:165)

        Singkat kata, keragaman merupakan wahana dalam membangun hubungan sosial menuju masyarakat ideal. Keragaman merupakan fitrah yang diciptakan Allah pada manusia agar terjadi interaksi antarindividu dalam memenuhi kebutuhan bersama. Tanpa keragaman, manusia tidak akan pernah bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Tepatlah apa yang dikatakan M. Quraisy Shihab, “Perbedaan dan keragaman merupakan faktor pemantap persaudaraan.”

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger