Subscribe Twitter Facebook

Sabtu, 26 Juni 2010

“LINGKUNGAN HIDUP DALAM PRESPEKTIF AL-QUR’AN”

“LINGKUNGAN HIDUP DALAM PRESPEKTIF AL-QUR’AN”

Abu fatiah AL-Adnanai seorang pakar lingkungan hidup dalam bukunya  Global Warming, memperkirakan pulau-pulau kecil di Indonesia akan tenggelam dalam 30 tahun lagi, seiring dengan pemanasan global yang mencairkan gunung es di Kutub Utara dan Kutub Selatan. Hal ini diperparah dengan kerusakan hutan di Indonesia yang telah mencapai 1.17 hektar pertahun.

Berdasarkan data yang dikeluarkan State Of The Word’s Fores  2007, angka deporestasi di Indonesia  pada priode ini 2005-2007 1,8 juta hektar.  laju deporestasi di Indonesia ini membuat Guiness Book Record memberikan “Gelar Kehoramatan” bagi Indonesia sebagai Negara dengan daya rusak hutan tercepat di dunia. Dari total luas hutan di Indonesia yang mencapai 180 juta hektar, menurut Mentri  Kehutanan, 21% setara dengan 27 juta hektar telah dijarah total sehingga tidak memiliki tegakkan pohon lagi.   Selaian itu 25% lainnya atau setara dengan 48 juta hektrar juga mengalami deporestasi dan dalam kondisi rusak  akibat bekas HPH (Hak Penguasaan Hutan). dari total luas hutan di Indonesia hanya sekitar 23%  atau setara dengan 43 juta hektar saja yang masih terbebas dari deporestasi  sehingga masih terjaga dan masih berupa hutan perimer.

Tidak jauh berbeda dengan kerusakan hutan, kerusakan laut di Indonesia sudah sangat memprihatinkan,  hasil data terbaru yang dikeluarkan oleh WALHI Provinsi Bengkulu  mencatat  “Keberadaan 67 juta hektar terumbu karang di Pulau Enggano kini diambang kehancuran.  Penambangan karang hidup untuk aktivitas pembangunan yang gencar sejak 2 tahun terakhir menyebabkan terumbu karang di pualu itu rusak.

Lebih memprihatinkan lagi kalau kita melihat hasil laporan Salah satu study, bahwa Indonesia menjadi Negara dengan tingkat polusi tertinggi ke-3 di dunia. World Bank juga menempatkan  Jakarta sebagai salah satu kota dengan polusi tertinggi setelah Bejing, New Delhi, dan Maxcixo City.

Kita mulai merasakan dampak  seorang pemerhati lingkungan hidup Prof Amir Saliam mengungkapkan,  23 pulau yang tidak berpenghuni di Indonesia tenggelam dalam 10 tahun terakhir akibat kerusakan lingkuangan.(Al-Adani,2008:123)

Selain itu penebangan hutan yang mengesampingkan konversi hutan mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan  yang pada akhirnya mengakibatkan bencana alam seperti tanah longsor, banjir, dan masih banyak yang lain.

Dampak lain yang kita rasakan akibat kerusakan alam adalah terancamnya kelestarian satwa dan flora di Indonesia, terutama flora dan fauna edemik yang semakin trancam akibat deforestasi. Seperti Lutung Jawa (Trachypithecus auratus), Merak  (Pavo Muticus) dan Gajah Sumatra (Elephan Maxsimus Sumatranus) yang mulai punah.

Begitu pula dengan dampak yang kita rasakan dari pencemaran udara udara/polusi udara, seperti terganggunya kesehatan anak-anak.  Misalnya penyakit  Anemia yang banyak diderita anak-naka, hal ini disebabakan masuknya timbale akibar polusi udara yang mengakibatkan rusaknya sel darah merah. Dengan berkutangnya jumlah sel darah merah mengakibatkan  terserang penyakit anemia.

Huajan asam merupakan salah satu dampak dari kerusakan lingkungan. Dampak dari hujan asam ini antara lain adalah, mempengaruhi kuwalitas air permukaan, merusak tanaman, melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga mempengaruhi kuwalitas air tanah dan permukaan, serta bersifat korosif sehingga merusak materil dan bangunan.

Kita bisa menyaksikan bagaimana sebagian besar manusia dewasa ini, dari hari ke hari semakin haus dan gila terhadap kekayaan. Hal ini berdampak pada penggembangkan teknologi canggih untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Ironisnya, mereka tidak menyeimbangi kemajuan tersebut dengan peningkatan Iman dan ketaqwaan kepada Allah. Pada akhirnya, sikap ini mendorong mereka kepada persaingan yang tidak sehat dan membangkitkan kezaliman terhadap orang lain.

Dengan mesin-mesin raksasa, para penguasa yang haus harta menggunduli ribuan bahkan jutaan hektar hutan. Eksploitasi hutan mengakibatkan margasatwa kehilangan tempat tinggal, sehingga manusia kehilanggan sumber air. Akibatnya, tatkala hujan turun terjadi banjir. Bandang dan tanah longsor.(Abu Fatiah Al-Adnani,2008:357)

Pada asalnya Allah menciptakan alam ini dengan keseimbangan dan keadilan inilah hukum dasar yang dengannya langit  dan bumi bisa tegak. Dengan neraca keadilan ini binatang, tumbuhan dan gunung, sungai, daratan dan lautan akan hidup secara adil serta sentosa tanpa kezholiman dan kepincangan. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Mulk ayat 3:

3.  Yang Telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka Lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?

Dari ayat ini dapat difahami awalnya Allah menciptakan dunia dengan keseimbangan akan tetapi karena kerakusan dan ketamakan manusia keseimbangan itu mulai hilang.

Maka dapat dipastikan bahwa kerusakan alam ini disebabkan olah hawa nafsu manusia yang serakah. Manusialah yang seharusnya bertanggung jawab dan satu-satunya pihak yang tertuduh dengan kerusakan alam di muka bumi ini. Sebagai mana firman Allah dalam surat Ar-rum ayat 41.

 “Telah tampak kerusakan di darat dan dilaut disebabkan  oleh perbuatan tangan manusia. Supaya Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan meraka. Agar meraka kembali kejalan yang benar.”

Al-Asfahani dalam dalam bukunya Mufradat Fi Lafazil Qur’an menenrangakan makna zhaharo berarti “terjadi Sesutu di permukaan bumi”, sehingga dia nampak dan terang serta di ketahui dengan jelas. Lawan katanya adalah  bathan” terjadi sesuatu di perut bumi sehingga tidak tampak. (Al-Asfahani,tt:327)

Masih menurut Al-Asfahani kata Al-Fasad adalah keluarnya sesuatu dari keseimbangan baik sedikit mupun banyak. Kata ini menunjukkan apa saja baik jiwa, jisim, alam, maupun hal yang lainnya. Al-Fasad juga merupakan antonim dari kata As-Sholah yang berarti manfaat atau berguna. (Al-Asfahani,tt:393)

Imam Al-Alusi dalam tafsirnyya Ruhul Ma’ani menjelaskan kata fasad  yaitu kemarau, wabah penyakit, banyaknya kebakaran, penghapusan berkah dari segala sesuatu, berkurangnya sesuatu yang bermanfaat, dan merajalelanya mara bahya. (Al-Alusi,tt.Juz 15:377)

Ayat diatas mentyebutkan laut  dan darat sebagai tempat terjadinya fasad itu , ini dapat berarti lautan dan daratan menjadi arena kerusakan. Misalnya terjadi perampokan dan pembunuhan di tempat itu bisa pula berarti ketidak seimbangan dan kekurang manfaatan .

Sebagai contoh bila laut tercemar ikan akan mati dan hasil pencarian akan berkurang.  Daratan semakin panas akibat hutan di tebangi oleh manusia sehingga daratan semakin panas dan mengakibatkan kemarau panjang, bahkan bila terjadi hujan dapat mengakibatakan banjir karena tidak ada tempat penyerapan lagi.

Bila kita mencoba menafsirkan kerusakan lebih jauh yaitu kusakan udara boleh-boleh saja karena kata Zhara menjelakan hal yang tampak seperti pencemaran udara yang berlebihan akibat dari polusi kendaraan bermotor.

Ibnu Asyur mengemukakan beberapa penafsiran tentang ayat ini diantarannya adalah alam raya ini di ciptakan dengan keseimbangan dan sesuai dengan kehidupan manusia. Tetapi, mereka melakukan kegiatan yang merusak, sehingga terjadi kepincangan dan ketidak seimbangan. (Asyur,tt,Juz:877)

Dosa dan pelanggaran yang dilakukan oleh manusia mengakibatkan gangguan keseimbangan di darat dan dilaut. Sebaliknya ketidak seimbangan di darat dan di laut mengakibatkan siksaan pada manusia itu sendiri.

Semakin banyak kerusakan yang dilakukan oleh manusia semakin besar buruk dan dampak yang akan dirasakan oleh manusia. Kenyataan ini tidak mungkin dapat di pungkiri karena Allah menciptakan makhluk saling berkaitan antara satu dengan yang lain

Dengan keterkaitan tercipta keseimbangan dari yang paling besar hingga yang paling kecil. Bila terjadi gangguan pada salah satunya maka akan mengakibatkan kerusakan pada yang lainnya.

Dalam surat Al-A’raf ayat 96:

96.  Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, Maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

Jikalau sekiranya penduduk negeri ini beriman dan bertaqwa pastilah kami limpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan ayat-ayat kami, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatan mereka”

Menurut Asy-syaukani dalam tafsirnya, fathut qodir  kata ahlul qura’ menunjukkan pada jenis sehingga berlaku umum. Maksudnya jika penduduk suatu negeri, diamanapun berada, jika mereka beriman kepada Allah maka Allah akan melimpahkan berkahnya dari langit dan bumi.(Asy-Syaukani, Juz 3 : 66)

Selanjutnya kata lau dan kalimatnya berbentuk kalimat syarat yang berarti berkah dari langit dan bumi akan diberikan Allah bila penduduk langit dan bumi beriman dan bertaqwa kepada Allah. Tetapi sebaliknya, bila mereka (manusia) mengingkari Allah maka bencanalah yang akan menimpa kepada mereka.

Dalam tafsir Departeman Agama ayat ini ditafsirkan seandainya seluruh umat manusia beriman kepada Allah dan mengimani Muhammad sebagai rasul terakhir serta tidak melakukan perbuatan kemusrikan dan membuat kerusakan pada alam ini maka akan Allah limpahakan ramhmatnya yang banyak. Baik dari langit atau pun dari bumi, nikamat dari langit seperti air hujan dan yang menyirami dan menyuburkan bumi sehingga tumbuh-tumbuhan dan hewan akan berkembang biak yang semuanya sangat diperlukan oleh manusia. Disamping itu mereka juga memiliki ilmu pengetahuan yang banyak dan dan mempu memahami sunatullah di alam ini sehingga manusia bisa memahami sebab akibat dari semua gejala yang ada di alam ini. (Tafsir DEPAG, 2007:416-417)

Dari penjelasan diatas tidak salah bila Tahbattahbai dalam menafsirkan ayat ini  mengemukakan “ alam raya ini dengan segala bagian yang rinci saling berkaitan antara satu dengan yang lain, bagaikan satu satu badan dalam berkaitannya dalam perasaan sakit ataupun dalam perasaan sehat. Apabila salah satunya tidak berfungsi dengan baik atau menyimpang dijalan yang harus di tempuh maka akan Nampak dampak negative pada bagian yang lain, dan ini pada akhirnya akan mempengaruhi seluruh bagian.”

Hal ini juga berlaku pada alam raya yang menggunakan hukum alam yang ditetapkan Allah. Bila manusia menyimpang dari jalan yang lurus yang ditetapkan Allah bagi kebahagiaannya terciptanya penyimpangan pada batas tertentu akan mempengeruhi apa saja yang ada di alam ini atau lebih sering kita kenal dengan hukum sebab akibat. Bila itu terjadi maka akan lahir kerisis dalam kehidupan bermasyarakat serta ganguan interaksi sosial antara masyarakat, seperti kerisis moral, ketiadaan kasih sayang, kekejaman, bahkan lebih dari itu akan bertumpuk musibah atau bencana alam seperti “keengganan langit menurunkan hujan, mengakibatkan tumbuhan tidak akan tumbuh. Banjir dan airbah serta bencana yang lainnya. Semua ini adalah tanda-tanda yang diberikan Allah agar manusia kembali kejalannya.

Solusi al-Qur’an dalam menjaga lingkungan.

Sebelum membicarakan perhatiaan Islam yang sangat tinggi terhadap lingkungan, mari sejenak kita perhatikan  fenomena yang unik terhadap nama-nama surat dalam Al-qur’an  seperi Al-Baqoroh (sapi betina), Al-Fil (gajah), An-Naml (semut), Al-Ankabut (laba-laba), At-Tin (nama tumbuh-tumbuhan)

Pengunaan nama-nama hewan, tumbuhan dalam Al-Qur’an mempunyai implikasi penumbuhan kesadaran dalam diri manusia supaya terikat dan sadar akan lingkungan hidup dan alam sekitarnya, sehingga manusia tidak melalaikan kewajiban untuk melestarikan lingkungan dam alam sekitarnya.

Apabila kita membuka Al-Qur’an, niscaya kita akan menemukan demikian banyak ayat yang memerintahkan manusia untuk memperhatikan dan memelihara alam sekitarnya. Sebagaimna firman Allah dalam surat yasiin ayat 33-35

33.  Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. kami hidupkan bumi itu dan kami keluarkan dari padanya biji-bijian, Maka daripadanya mereka makan.

34.  Dan kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan kami pancarkan padanya beberapa mata air,

35.  Supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?

Beberapa cara yang ditekankan oleh agama Islam dalam menjaga lingkungan hidup diantaranya adalah,

1.     Perintah menanam pohon

Islam menganggap pertanian sebagai salah satu mata pencarian yang halal, berkah, dan utama. Betapa tidak, hasil pertanian tidak hanya menjadi konsumsi manusia, namun juga hewan.

Sementara itu Imam bukhari dan Muslim meriwayatkan hadis dari Anas bin malik bahwasanya Rasulullah telah bersabda:

قَالَ : حَدَّثَنَا وَكِيعٌ ، عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ ، عَنِ أبي رَافِعٍ ، عَنْ جَابِرٍ ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ الله صَلَّى الله عَلَيه وسَلَّم : مَنْ أَحْيَا أَرْضًا مَيْتَةً ، فَلَهُ فِيهَا أَجْرٌ ، وَمَا أَكَلَتِ الْعَافِيَةُ كَانَ لَهُ صَدَقَةٌ.

 

“Tidaklah seorang muslim menanam tanaman, kemudian bauah atau biji tanaman tersebut dimakan oleh burung, manusia, atau binatang ternak, melainkan hal tersebut sedangakan telah termasuk sedekah darinya”

Hadis ini menggambarkan betapa pentingnya bercocok tanam (menanam pohon) bahkan sampai akhir usia manusia di pelanet ini selama hayat masih di kandung badan, kita masih tetap di ajarkan untuk tetap menanam pohon, hal ini diperkuat dengan hadis Nabi:

 

“Jika kiamat sudah terjadi dan seorang diantara kalian menanam bibit pohon kurma, lalu ia mampu menanamnya sebelum bangkit berdiri hendaklah ia bergegas mananamnya.”

Demikianlah besarnya perhatian Islam terhadap tanam-menanam sampai-sampai dalam kondisi kiamat dan keluarnya dajjal kita masih tetap dianjurkan menanam pohon.

Pada satu sisi Islam mengajarakan umatnya untuk selalu melakikan penghijaunan. Disisi lain Islam juga memberikan ancaman yang sangat keras terhadap manusia yang melakukan kerusakan, menebang pohon disepanjang jalan, taman-taman, terlebih lagi penggundulan hutan, gunung dan bukit merupakan dosa besar, hal ini didasarkan dari dampak besar yang dirasakan oleh semua makhluk yang hidup di muka bumi.

Besarnya perhatian islam terhadap penghijauan dapat dilihat dari larangan akan menebang pohon sebagai mana di gambarkan dalam sebuah hadis yang artinya :

عن عبد الله بن حبيش قال: قال رسول الله - صلى الله عليه وسلم - : " من قطع سدرة صوب الله رأسه في النار " رواه أبو داود .

“Barang siapa yang menebang pohon tanpa alas an maka Allah akan meletakkan kepalnya di dalam api neraka” (Abi daud, Juz 2: 782)

Dalam Sarah Abi Daud larangan menebang pohon disini yaitu pepohonan di pinggir jalan, taman, hutan, gunug, dan tempat hidup makhluk hidup seperti burung, dan binatang lainnya. (syarah Abi Daud, Juz 11: 277)

Ancaman yang sangat keras ini merupakan usaha Islam dalam menjaga lingkngan dari pencemaran udara, karena keberadaan pohon di pinggir jalan, tanam, hutan gunugn merupakan suatu yang sangat urgen untuk menyerap karbon dioksida dan mengeluarkan oksigen.

2.     Menjaga kebersihan lingkungan.

Islam adalah agama yang sangat memperhatiakan kebersiahan, hal ini di gambarkan akan anjuran untuk melakukan kebersiahan sebelum melakikan ibadah. Selain itu perhatian Islam terhadap kebersihan dapat dilihat dari perintah untuk selalu menjaga kebersihan  pakaian dan lingkungan dan alam sekitar.

عَنْ أَبِي مَالِكٍ الْأَشْعَرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الطُّهُورُ شَطْرُ الْإِيمَانِ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ تَمْلَأُ الْمِيزَانَ قَالَ عَفَّانُ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَاللَّهُ أَكْبَرُ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَاللَّهُ أَكْبَرُ تَمْلَأُ مَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ قَالَ عَفَّانُ وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَاللَّهُ أَكْبَرُ وَلَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَقَالَ عَفَّانُ مَا بَيْنَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالصَّلَاةُ نُورٌ وَالصَّدَقَةُ بُرْهَانٌ وَالصَّبْرُ ضِيَاءٌ وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ عَلَيْكَ أَوْ لَكَ كُلُّ النَّاسِ يَغْدُو فَبَائِعٌ نَفْسَهُ فَمُوبِقُهَا أَوْ مُعْتِقُهَاِِِِ

“Kebersiahan sebagian dari Iman”

Dalam Islam melestarikan lingkungan dari sampah dan limbah merupakan sebuah kewajiban.

Rasulullah menyebutkan tidakan penyelamatan dan membersikan lingkungan merupakan salah satu cabang dari Iman. Lebih dari itu merupakan bentuk sedekah yang murah dan mudah sebagaimana tersebut dalam sebuah hadis

عَن عَن أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ سُلَامَى مِنْ النَّاسِ عَلَيْهِ صَدَقَةٌ كُلَّ يَوْمٍ تَطْلُعُ فِيهِ الشَّمْسُ يَعْدِلُ بَيْنَ الِاثْنَيْنِ صَدَقَةٌ وَيُعِينُ الرَّجُلَ عَلَى دَابَّتِهِ فَيَحْمِلُ عَلَيْهَا أَوْ يَرْفَعُ عَلَيْهَا مَتَاعَهُ صَدَقَةٌ وَالْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ وَكُلُّ خُطْوَةٍ يَخْطُوهَا إِلَى الصَّلَاةِ صَدَقَةٌ وَيُمِيطُ الْأَذَى عَن الطَّرِيقِ صَدَقَةٌ

“menyingkirkan gangguan dari jalan adalah sedekah.”

Sesuatu yang mengganggu orang di jalan biasanya berupa biasanya berupa sampah, paku, pecahan kaca, tumpukan sampah yang mebarikan bau busuk dan lain sebagainya. Secara tidak langsung hadis disini mengajarkan kita untuk selalu menjaga kebersiahan.

3.     Penghematan penggunaan energi

Penggunaan energi yang berlebihan dapat berakibat pada polusi udara yang semakin meningkat , selain itu penggunaan bahan bakar dari fosil yang jumlahnya sangat terbatas dapat mengakibatkan kerusakan alam. Hal ini dapat dilihat dari beberapa provinsi yang merupakan daerah tambang seperti papua, Bangka Belitung dan beberapa daerah laianya.

Kalau kita perhatikan Bangka Belitung pada saat ini banyak terdapat kubangan-kubangan hasil ekspolorasi tambang baik bekas penambang minyak maupun bekas tambang timah. Selain kerusakan tanah dampak yang mulai kita rasakan adalah polusi udara yang berlebihan.

Penghematan pengguaan bahan bakar sangat di butuhkan untuk mengurangi polusi udara yang berlebihan. Akan lebih baik bila bahan bakar yang menggunakan  fosil diganti dengan  bahan bakar yang lebih almi dan tidak menyebabkan polusi udara yang berlebihan. (ramah lingkungan) sebagai contoh penggunaan bahan bakar matahari dan bahan bakar minyak.

Oleh sebab itu, manusia sebagai kholifah di atas muka bumi harus mulai kembali dan sadar akan kewajibannya menjaga lingkungan demi kesejahtraan mereka dan kelangsungan hidup yang lebih lama. Tidak salah bial kita mulai segala dari hal yang terkecil (menanam, menjaga kebersihan lingkungan dan menghemat energi) di mulai pada saat ini tanpa pernah menunggu lagi. Dan yang lebih penting di mulai dari diri sendiri.

 

1 komentar:

hani mengatakan...

saya sudah baca langsung buku tersebut.memang sungguh luar biasa dan dapat membuka mata saya mengenai dampak keparahan bumi kita ini

Posting Komentar

 
Powered by Blogger